Text
Isolasi dan identifikasi senyawa non polar fraksi n-heksana tumbuhan rumput israel (Asystasia gangetica)
RINGKASAN
Asystasia gangetica (Acanthaceae) lebih dikenal sebagai tumbuhan
rumput israel. Tumbuhan ini di Indonesia tumbuh liar. Rumput israel memiliki
kandungan senyawa kimia seperti saponin, gula pereduksi, glikosida, flavonoid,
antrakuinon dan steroid. Tumbuhan ini secara tradisional digunakan untuk
mengurangi viskositas dalam darah, menghambat agregasi trombosit dan sebagai
anti rematik. Penelitian terhadap tumbuhan Asystasia gangetica dilaporkan bahwa
ekstrak metanol mengandung senyawa iridoid glikosida dan flavon glikosida.
Namun untuk penyelidikan terhadap fraksi-fraksi non polar belum ada yang
melaporkan. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan isolasi dan identifikasi
terhadap senyawa-senyawa yang terkandung di dalam fraksi non polar (fraksi nheksana).
Metode penelitian dimulai dari persiapan sampel yaitu dilakukan
determinasi tumbuhan kemudian dilakukan pengambilan simplisia rumput israel
dan dikeringkan dengan diangin-anginkan tanpa terkena sinar matahari
dilanjutkan dengan penghalusan sampel hingga menjadi serbuk. Serbuk simplisia
dilakukan maserasi menggunakan pelarut metanol sebanyak tujuh kali 24 jam.
Ekstrak metanol dilakukan pemekatan sehingga diperoleh ekstrak kental metanol.
Ekstrak kental metanol dilanjutkan partisi cair-cair secara berurutan dengan
pelarut n-heksana, diklorometana dan etil asetat. Pada ekstrak metanol dan fraksi
n-heksana dilakukan skrining fitokimia. Fraki n-heksana dilakukan pemisahan
senyawa dengan kromatografi lapis tipis menggunakan berbagai eluen,
kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis preparatif. Identifikasi isolat
dilakukan menggunakan GC-MS.
Hasil determinasi tuumbuhan yang dilakukan di laboratorium taksonomi
Departemen Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro
merupakan spesies Asystasia gangetica. Sebanyak 5 kg tumbuhan Asystasia
gangetica diperoleh simplisia kering sebanyak 1,7 kg. Hasil ekstraksi dengan
pelarut metanol diperoleh ekstrak kental metanol sebanyak 114 g (6,7%). Hasil
fraksinasi dengan menggunakan pelarut n-heksana, DCM dan etil asetat secara
berurutan adalah 5,573 g (4,88%) ; 1,650 g (1,44%) dan 4,514 g (3,95%). Hasil
skrining fitokimia pada fraksi n-heksana hanya memberikan uji positif steroid
sedangkan terhadap ekstrak metanol memberikan uji positif pada alkaloid,
flavonoid, steroid dan fenolik. Pemisahan senyawa terhadap fraksi n-heksana
menggunakan KLT dan diperoleh profil KLT terbaik pada eluen campuran DCM
: n-heksana (3:1). Pelarut ini digunakan sebagai eluen untuk kromatografi kolom
dan diperoleh 17 vial. Vial 1-7 berupa pelarut, vial 8-14 sebagai fraksi 1 (F1 =
250 mg) dan vial 15-17 sebagai fraksi 2 (F2 = 1 mg). F1 dilakukan pemisahan
dengan KLT preparatif menggunakan eluen campuran DCM : n-heksana (2:3).
Hasil profil KLT preparatif memberikan 4 pita berupa pita A, B, C dan D. Isolat
pita D diperoleh massa sebanyak 3 mg. Hasil analisis GC-MS menunjukkan
adanya senyawa ester asam lemak berupa etil palmitat, etil oleat, etil-9-
heksadekenoat dan etil stearat pada waktu retensi masing-masing 10,810; 13,620;
13,705 dan 14,055 menit.
SUMMARY
Asystasia gangetica (Acanthaceae) is better known as Israel grass plant.
This plant in Indonesia grows wildly. Israel grass contains chemical compounds
such as saponins, reducing sugars, glycosides, flavonoids, anthraquinones and
steroids. This plant is traditionally used to reduce viscosity in the blood, inhibit
platelet aggregation and as an anti-rheumatism. Research on Asystasia gangetica
plants reported that methanol extract contained iridoid glycoside compounds and
flavone glycosides. However, no investigation has been reported on non-polar
fractions. Therefore, in this study isolation and identification of compounds
contained in the non-polar fraction (n-hexane fraction) were carried out.
The research method started from sample preparation which was done
by determining the plant and then taking the Israel grass simplicia and drying it
aerated without being exposed to sunlight followed by refining the sample to
powder. Simplicia powder was macerated using methanol solvent seven times 24
hours. Methanol extract was concentrated so that thick extract was obtained. The
thick methanol extract was continued sequentially with a liquid-liquid partition
with n-hexane, dichloromethane and ethyl acetate solvents. In the methanol
extract and n-hexane fraction phytochemical screening was carried out. The nhexane fraction was separated by thin layer chromatography using various
eluents, column chromatography and preparative chromatography. Identification
of isolates was carried out using GC-MS.
The results of the plant determination carried out in the taxonomy
laboratory of the Department of Biology, Faculty of Science and Mathematics,
Diponegoro University are species of Asystasia gangetica. As much as 5 kg of
Asystasia gangetica plants obtained 1.7 kg of dry simplicia. The extraction results
with methanol solvent were obtained as thick as 114 g (6.7%). The fractionation
results using sequential n-hexane, DCM and ethyl acetate solvents were 5.573 g
(4.88%); 1,650 g (1.44%) and 4,514 g (3.95%). The results of phytochemical
screening on the n-hexane fraction only gave a positive steroid test whereas the
methanol extract gave a positive test on alkaloids, flavonoids, steroids and
phenolics. Separation of compounds against n-hexane fraction using TLC and
obtained the best TLC profile in eluent mixture of DCM: n-hexane (3: 1). This
solvent was used as an eluent for column chromatography and 17 vials were
obtained. 1-7 in the form of solvents, 8-14 vials as fraction 1 (F1 = 250 mg) and
vials 15-17 as fraction 2 (F2 = 1 mg). F1 was separated by preparative TLC using
eluent mixture of DCM: n-hexane (2: 3). The results of the preparative TLC
profile provide 4 bands in the form of A, B, C and D. The D isolate is obtained by
a mass of 3 mg. The results of GC-MS analysis showed the presence of fatty acid
esters in the form of ethyl palmitate, ethyl oleate, ethyl-9-hexadecenoate and ethyl
stearate at each retention time 10,810; 13,620; 13,705 and 14,055 minutes.
1591C19II | 1591 C | Perpustakaan FSM Undip (Referensi) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain