Text
Pengaruh Metode Dekolorisasi pada Degradasi Zat Warna Tekstil Metilen Biru
RINGKASAN
Metilen biru adalah zat warna dasar yang penting dalam proses pewarnaan
kulit dan kain. Penggunaan metilen biru dapat menimbulkan beberapa efek,
seperti iritasi saluran pencernaan jika tertelan, sianosis bila terhirup, dan iritasi
kulit jika tersentuh. Upaya penanggulangan limbah zat warna telah dikembangkan
dalam berbagai metode antara lain koagulasi, sedimentasi, adsorpsi, dan
elektrolisis. Degradasi zat warna dengan elektrolisis memiliki keuntungan tidak
memberikan cemaran tambahan pada lingkungan dan waktu prosesnya lebih
singkat. Adsorpi dengan zeolit sebagai adsorben sejauh ini adalah metode yang
paling sering digunakan dalam degradasi limbah zat warna. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapat data presentase penurunan kadar metilen biru setelah
degradasi, serta mendapatkan data perbandingan tiga metode degradasi yaitu
adsorpsi, elektrolisis, dan gabungan elektrolisis-adsorpsi.
Tahapan penilitian ini diawali dengan pembuatan larutan induk metilen
biru 50 ppm dan aktivasi zeolit dengan HCl untuk digunakan sebagai adsorben.
Degradasi metilen biru dengan tiga metode berbeda dikerjakan bersamaan tanpa
mengubah variabel lainnya. Masing-masing metode degradasi dilakukan selama
12 jam. Proses elektrolisis menggunakan elektroda grafit dan arus tegangan
sebesar 12 V. Pengukuran kadar sisa metilen biru setelah degradasi dilakukan
dengan spektrofotometer uv-vis. Nilai total padatan didapatkan melalui
pengukuran dengan Metode Gravimetri.
Hasil penelitian ini menunjukkan presentase penurunan kadar metilen biru
tertinggi ditunjukkan oleh metode gabungan elektrolisis-adsorbsi yaitu sebesar
87,58%. Sisa kadar metilen biru dengan metode gabungan elektrolisis-adsorpsi
adalah sebesar 6,21 ppm dari larutan induk yang kadarnya 50 ppm. Nilai total
padatan terkecil ditunjukkan juga oleh hasil degradasi dengan metode gabungan
elektrolisis-adsorpsi yaitu sebesar 170 mg/L.2
SUMMARY
Methylene blue is an important base dye in the process of skin and fabric
coloring. The use of methylene blue may cause some effects, such as
gastrointestinal irritation if ingested, cyanosis by inhalation, and skin irritation if
touched. Some efforts to control dye waste have been developed in various
methods including coagulation, sedimentation, adsorption, and electrolysis.
Degradation by electrolysis has the advantage of not providing additional
contamination to the environment and the processing time is shorter. Adsorption
with zeolite as an adsorbent so far is the most commonly used method of dyestuff
degradation. This research aimed to obtain data on the decrease precentage in
methylene blue concentration after degradation, as well as get data comparison of
three methods of degradation that is adsorption, electrolysis, and combined
electrolysis-adsorption.
Research stage begins making 50 ppm methylene blue initial solution and
activating zeolite with HCl to be used as an adsorbent. Methylene blue
degradation with three different methods is done together without altering other
variables. Each method of degradation is carried out for 12 hours. The electrolysis
process uses a graphite electrode and a voltage current of 12 V. Measurement of
residual content of methylene blue after degradation is done by a uv-vis
spectrophotometer. The total value of the total solid was obtained by measuring
with Gravimetric method.
The results showed the highest precentage in methylene blue concentration
decreased is 87,58%, indicated by the combined method of electrolysisadsorption. The rest of the methylene blue concentration by the combined
electrolysis-adsorption method is 7.5 ppm from the initial liquor which is 50 ppm.
The smallest total value of total solid is also indicated by the degradation result
with the combined electrolysis-adsorption method of 170 mg/L.
1435C17IV | 1435 C 17-iv | Perpustakaan FSM Undip (Referensi) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain