Text
Pembuatan karbon Aktif Dari Sekam Padi Termodifikasi Surfaktan SLS: Variasi Temperatur Karbonisasi dan Waktu Kontak Adsropsi SLS 541,36
RINGKASAN
Karbon merupakan bahan berpori hasil karbonisasi material organik. Contoh
bahan dasar dalam pembuatan karbon adalah sekam padi karena kandungan
selulosanya yang cukup tinggi. Proses pembuatan karbon dapat dilakukan dengan
metode pirolisis. Kondisi pirolisis dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, misalnya
temperatur pirolisis yang dapat mempengaruhi kadar karbon yang dihasilkan. Karbon
aktif dapat dibuat dengan cara diaktivasi menggunakan H3PO4 karena dapat membuka
pori dan memperbesar luas permukaan sehingga bisa digunakan untuk menyerap
surfaktan. Karbon aktif yang telah mengadsorpsi surfaktan akan memiliki permukaan
yang lebih hidrofilik (polar) dan terbentuk sistem karbon aktif termodifikasi surfaktan
(SMAC). SMAC yang dimodifikasi dengan surfaktan anionik misalnya surfaktan
Sodium Lauryl Sulfate (SLS) bisa meningkatkan daya adsorpsinya dalam menyerap
kation-kation logam berat yang ada di perairan. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan temperatur karbonisasi terbaik dan waktu kontak SLS optimum dalam
pembuatan SMAC, menentukan konsentrasi SLS yang teradsorpsi oleh karbon aktif,
serta menentukan kapasitas dan efisiensi adsorpsi karbon aktif dalam mengadsorpsi
surfaktan SLS.
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu: karbonisasi sekam padi,
aktivasi karbon dengan H3PO4 60% pada temperatur 420 oC, adsorpsi surfaktan untuk
pembuatan SMAC dan karakterisasi karbon, karbon aktif dan SMAC menggunakan
FTIR dan SAA. Tahap karbonisasi sekam padi dilakukan dengan metode pirolisis
dengan variasi temperatur pirolisis 300 oC, 350 oC, dan 400 oC. Proses aktivasi karbon
menggunakan H3PO4 60% dilakukan pada temperatur 420 oC selama 1 jam. Proses
pembuatan SMAC dilakukan dengan cara mengontakkan surfaktan dengan karbon
aktif dengan variasi waktu kontak adsorpsi 3, 4, 5, 6, dan 7 jam, sehingga diperoleh
waktu kontak optimum adsorpsi antara karbon aktif dengan surfaktan. Sampel karbon
tanpa aktivasi, karbon aktif dan SMAC pada waktu kontak optimum dikarakterisasi
menggunakan FTIR dan Surface Area Analyzer (SAA).
Semakin tinggi temperatur karbonisasi maka daya adsorpsi karbon aktif
terhadap SLS menurun. Temperatur karbonisasi terbaik dalam menyerap SLS adalah
300 oC. Waktu kontak optimum ketiga jenis karbon aktif dalam mengadsorpsi SLS
sama yaitu 4 jam. Karbon aktif 300 oC mengadsorpsi surfaktan SLS sebesar 59,98 ppm
dari konsentrasi SLS awal 60 ppm. Kapasitas dan efisiensi adsorpsinya pada waktu
kontak optimum berturut-turut adalah 1,5 mgg-1 dan 99,97%. Semakin bertambahnya
suhu karbonisasi, efisiensi dan kapasitas adsorpsinya semakin menurun walaupun
penurunnya tidak signifikan. KA350 dan KA400 mengalami penurunan efisiensi
sebesar 0,02% dan kapasitasnya turun sebesar 0,07%. Hasil karakterisasi dengan FTIR
menunjukkan bahwa karbon aktif memiliki gugus P=O dan pada SMAC menunjukkan
adanya gugus S=O. Kemudian dari hasil karakterisasi SAA dari karbon menjadi
karbon aktif dan SMAC terjadi peningkatan volume pori yang sama yaitu sebesar 43%.
Sedangkan luas permukaan karbon aktif meningkat 36% dari karbon tanpa aktivasi,
dan setelah dikontakkan dengan SLS luas permukaannya meningkat sebesar 59%.
SUMMARY
Carbon is a porous material result of carbonization of organic material. One of
basic materials in the manufacture of carbon is rice husk because the content of
cellulose which is quite high. The process of making carbon can be made by pyrolysis
method. Pyrolysis conditions can be set according to need, such as pyrolysis
temperature that may affect the amount of carbon produced. Activated carbon can be
prepared by using H3PO4 because it can open the pores and increase the surface area
so that it can be used to absorb the surfactant. Activated carbon has adsorbed
surfactant will have more surface hydrophilic (polar) and formed activated carbon
modified surfactant system (SMAC). SMAC modified with anionic surfactants, for
example surfactant Sodium Lauryl Sulfate (SLS) can increase the adsorption power in
absorbing heavy metal cations in the water. This study aims to determine the best
carbonization temperature and determine the optimum contact time in the making
SMAC, determine the concentration of SLS are adsorbed by the activated carbon, as
well as determining the capacity and efficiency of activated carbon adsorption in the
adsorption of surfactant Sodium Lauryl Sulfate (SLS).
This study consists of several stages include: carbonized rice husk, carbon
activation with H3PO4 60% at a temperature of 420 °C, the adsorption of surfactant to
manufacture SMAC and characterization of carbon, activated carbon and SMAC using
FTIR and SAA. Carbonization stage is done with rice husk pyrolysis method with
varying temperature of 300 °C, 350 °C and 400 °C. Carbon activation process using
H3PO4 60% performed at a temperature of 420 °C for 1 hour. SMAC-making process
is done by contacting the surfactant with activated carbon with adsorption contact time
variation of 3, 4, 5, 6, and 7 hours, in order to obtain optimum contact time between
the activated carbon adsorption of the surfactant. Carbon samples without activation,
activated carbon and SMAC at optimum contact time were characterized using FTIR
and Surface Area Analyzer (SAA).
The higher the carbonization temperature, the activated carbon adsorption
capacity of the SLS decreased. Temperature carbonization are best at absorbing SLS is
300 °C. The optimum contact time of three types of activated carbon in adsorbing SLS
same that is 4 hours. Activated carbon adsorption of surfactant SLS 300 oC at
59.98 ppm from the initial SLS concentration of 60 ppm. Adsorption capacity and
efficiency at optimum contact time in a row was 1.5 mgg-1 and 99.97%. The increasing
carbonization temperature, efficiency and adsorption capacity decreased although not
significant diminution. KA350 and KA400 decreased efficiency of 0.02% and capacity
fell by 0.07%. The results of characterization by FTIR showed that activated carbon
has a group P = O and the SMAC shows the group S = O. Then from the SAA
characterization of carbon into active carbon and SMAC increased pore volume is the
same, namely by 43%. While the surface area of activated carbon increased by 36% of
carbon without activation, and after the SLS is contacted with a surface area increased
by 59%.
1313C16IV | 1313 C 16 | Perpustakaan FSM Undip (Referensi) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain