Text
Sintesis Komposit Lempung-CTAB-Magnetit dengan Variasi Berat Lempung sebagai Adsorben Zat Warna Metilen biru.
ABSTRAK
Metilen biru merupakan salah limbah zat cair yang mencemari lingkungan.
Lempung alam adalah material berpori yang dapat menangani masalah limbah cair
melalui proses adsorpsi. Namun kemampuan lempung alam dalam mengadsorpsi
memiliki keterbatasan, sehingga diperlukan modifikasi dengan cara interkalasi oksida
besi pada antar layer lempung dengan bantuan surfaktan CTAB sehingga diharapkan
menghasilkan luas permukaan yang lebih besar. Dalam penelitian ini, berat lempung alam
yang digunakan divariasikan sebesar 2;4;6;8;10 gram. Penambahan oksida besi dilakukan
dengan metode kopresipitasi dan perbandingan rasio mol Fe2+ : Fe3+ = 1:2 pada
temperatur 80ºC. Hasil karakterisasi dengan XRD pada lempung memiliki basal spacing
d(101)= 14,83 Å pada 2θ = 5,95º, lempung-CTAB dengan basal spacing d(101)= 12,27 Å
pada 2θ = 7,19º, dan lempung-CTAB-magnetit dengan basal spacing d(101)= 14,46 Å pada
2θ = 6,10º. Pada lempung-CTAB-magnetit muncul puncak baru pada 2θ = 18,13º dengan
d(311) = 4,925 Å, 2θ = 36,93º dengan d(311) = 2,508 Å dan 2θ = 42,81º dengan d(311) =
2,115Å yang merupakan puncak khas magnetit. Adsorpsi metilen biru optimal dengan
variasi berat lempung 8 gram pada konsentrasi 50 ppm, tetapi efektivitas dan kemampuan
adsorpsi komposit lempung-CTAB-magnetit lebih besar diabndingkan lempung-CTAB.
Efektivitas adsorpsi masing-masing sebesar 90,80% dan 81,38% serta kemampuan
adsorpsinya masing-masing sebesar 56,75 mg/g dan 49,55 mg/g, yang dianalisis
menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
Kata kunci : Lempung alam, CTAB, magnetit, adsorpsi, metilen biru
ABSTRACT
Methylene blue is one of the produces liquid waste which pollutes the
environment. Natural clay is a porous material which can handle the problem of
wastewater through the adsorption process. However, the ability of natural clay to adsorb
has limitations, so it is necessary to modify it by intercalating iron oxide between layers
of clay with the help of CTAB surfactant so that it is expected to produce a larger surface
area. In this study, the weight of natural clay used was varied by 2;4;6;8;10 grams. The
addition of iron oxide was carried out by the coprecipitation method and the ratio of the
mole ratio of Fe2+: Fe3+ = 1: 2 at a temperature of 80ºC. The results of characterization
with XRD on clays have basal spacing d(101) = 14.83 Å at 2θ = 5.95º, clay-CTAB with
basal spacing d(101) = 12.27 Å at 2θ = 7.19º, and clay- CTAB-magnetite with basal spacing
d(101) = 14.46 Å at 2θ = 6.10º. In clay-CTAB-magnetite, new peaks appear at 2θ = 18.13º
with d(311) = 4,925 Å, 2θ = 36.93º with d(311) = 2.508 Å and 2θ = 42.81º with d(311) = 2.115
Å which is the typical peak of magnetite. Optimal methylene blue adsorption with 8 gram
clay weight variation at 50 ppm concentration, but the effectiveness and adsorption ability
of clay-CTAB-magnetite composite more greater than clay-CTAB. The adsorption
effectiveness of each was 90.80% and 81.38% and the adsorption ability was 56.75 mg/g
and 49.55 mg/g, respectively, which were analyzed using UV-Vis spectrophotometry.
Keywords: Natural Clay, CTAB, magnetite, adsorption, methylene blue
1760C20IV | 1760 C 20-iv | Perpustakaan FSM Undip (Referensi) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain