Text
Penentuan Model Antrean Non-Poisson dan Pengukuran Kinerja Pelayanan Bus Rapid Transit Trans Semarang (Studi Kasus: Shelter Pemberangkatan BRT Koridor V)
ABSTRAK
Salah satu sistem antrean yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yaitu
sistem pelayanan transportasi, contohnya yaitu antrean pada shelter
pemberangkatan koridor V Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang. Koridor V
mempunyai tiga shelter pemberangkatan, yaitu Shelter Victoria Residence,
Shelter Marina, dan Shelter Bandara Ahmad Yani. Koridor V dipilih karena pada
periode Januari-Juni 2019 mengalami load factor yang tinggi. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan, waktu berhenti BRT pada shelter pemberangkatan
membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan shelter biasa. Hal inilah
yang menyebabkan terjadinya antrean pada shelter pemberangkatan. Antrean
tersebut dapat menghambat waktu kedatangan BRT pada shelter yang lain,
sehingga penerapan teori antrean sangat diperlukan untuk mengetahui efektifitas
operasional pada shelter pemberangkatan tersebut. Model antrean yang dihasilkan
yaitu model antrean Non-Poisson, model antrean untuk Shelter Victoria
Residence: (DAGUM/GEV/1):(GD/∞/∞), Shelter Marina:
(DAGUM/G/1):(GD/∞/∞), dan Shelter Bandara Ahmad Yani:
(GEV/GEV/1):(GD/∞/∞). Berdasarkan nilai dari ukuran kinerja sistem antrean
yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa ketiga shelter pemberangkatan koridor
V BRT Trans Semarang memiliki kondisi yang sudah optimal.
Kata kunci: Shelter Pemberangkatan Koridor V, Model Antrean Non-Poisson,
Dagum, Generalized Extreme Value, Ukuran Kinerja Sistem
ABSTRACT
One of the queue systems that is often found in daily life is the transportation
service system, for example a queue system at the shelters departure of corridor V
Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang. Corridor V has three departure
shelters, they are Shelter Victoria Residence, Shelter Marina, and Shelter Bandara
Ahmad Yani. Corridor V was choosen, because of its high load factor on January
to June 2019. Based on the observation, the service time at the departure shelter is
usually longer than the normal shelter. This causes the rise of queue at the
departure shelters. The queue at the departure shelters can hamper the arrival of
BRT at the other shelters, so the application of the queue theory is needed to find
out the extent of operational effectiveness at the departure shelters. The resulting
queue model is the Non-Poisson queue model, the queue model for Victoria
Residence Shelter: (DAGUM/GEV/1):(GD/∞/∞), Marina Shelter:
(DAGUM/G/1):(GD/∞/∞), and Bandara Ahmad Yani Shelter:
(GEV/GEV/1):(GD/∞/∞). Based on the value from measurement of the queue
system performance, it can be conclude that the three departure shelters of
corridor V BRT Trans Semarang have some optimal condition.
Keywords: Shelter Departure of Corridor V, Non-Poisson Queueing Model,
Dagum, Generalized Extreme Value, System Perfomance Measure
806E20IV | 806 E 20-iv | Perpustakaan FSM Undip (Referensi) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain