Text
Aplikasi Metode Gaya Berat dengan Data Citra Satelit GGMplus untuk Mengetahui Korelasi antara Struktur Bawah Permukaan dengan Kemunculan Maninfestasi Panas Bumi di Gunung Lawu
INTISARI
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi kemunculan maninfestasi mataair panas dengan struktur geologi berdasarkan nilai densitas batuan dengan metode gayaberat. Data yang digunakan menggunakan data citra satelit GGMplus (Gravity model plus) berupa gravity disturbance atau anomali free air dengan spasi antar titik ⁓200 meter. Data diolah hingga mendapatkan anomali bouger lengkap (ABL). Hasil ABL menunjukkan anomali yang bersesuaian dengan peta geologi. Berdasarkan nilai anomali bouger lengkap bahwa batas prospek panas bumi Gunung Lawu memiliki luas 33,89 km2 serta memiliki struktur batuan berupa Lava andesit. Data ABL kemudian direkdusi bidang datar. Hasil reduksi bidang datar dilakukan analisis spektrum untuk mengetahui kedalaman anomali. Hasil analisis spektrum memiliki kedalaman regional rata-rata 5168,32 meter dan kedalaman residual 307,032 meter. Pengangkatan 9000 meter pada upward continuation berdasarkan data ABL dan ABL hasil reduksi bidang datar didapatkan kontur anomali residual yang serupa. Kontur anomali residual pada ABL hasil reduksi bidang datar lebih halus dibandingkan dengan ABL. Analisis gradient dilakukan meliputi first horizontal derivative (FHD) dan first vertical derivative (FVD). Hasil analisis FHD menunjukan adanya sesar Condrodimuko-Lawu dan analisis FVD menunjukan batas litologi batuan dan batas-batas tubuh Gunung Lawu. Batas litologi pada FHD mengindikasikan kemunculan mataair panas. Kemunculan mataair panas juga dikontrol oleh keberadaan sesar yang terlihat pada pemodelan 2D. Berdasarkan pemodelan 2D, Gunung Lawu terdiri dari tiga lapisan batuan yaitu Tuff dengan densitas 1,27 – 2,66 gr/cm3, Lava andesit 2,90 gr/cm3, dan Lava basalt 2,99 gr/cm3.
Kata Kunci : Metode gayaberat, citra satelit GGMplus, anomali gravitasi, sesar, panas bumi
ABSTRACT
This research was conducted to determine the correlation between the appearance of hot springs maninfestation with geological structure based on the value of rock density by gravity method. The data used using GGMplus (Gravity model plus) satellite image data in the form of gravity disturbance or anomaly free air with spaces between points ⁓200 meters. Data is processed to get a complete bouger anomaly (CBA). CBA results show anomalies that correspond to geological maps. Based on the complete bouger anomaly value that the geothermal prospect of Mount Lawu has an area of 33.89 km2 and has a rock structure in the form of andesite lava. The CBA data is then recited in a flat plane. The result of flat field reduction is performed spectrum analysis to find out the depth of the anomaly. Spectrum analysis results have an average regional depth of 5168.32 meters and a residual depth of 307,032 meters. Lifting 9000 meters in upward continuation based on CBA and CBA data resulting from flat plane reduction obtained similar contours of residual anomalies. The residual anomaly contour on CBA resulting from flat plane reduction is finer compared to CBA. Gradient analysis includes first horizontal derivative (FHD) and first vertical derivative (FVD). The results of the FHD analysis showed the presence of the Condrodimuko-Lawu fault and the FVD analysis showed the lithological boundaries of the rock and the body boundaries of Mount Lawu. Lithological boundaries in FHD indicate the appearance of hot springs. The appearance of hot springs is also controlled by the presence of faults seen in 2D modeling. Based on 2D modeling, Mount Lawu consists of three layers of rock namely Tuff with a density of 1.27-2.66 gr/cm3, andesite lava 2.90 gr/cm3, and basalt lava 2.99 gr/cm3.
Keywords: gravity method, GGMplus satellite imagery, gravity anomaly, fault, geothermal
1465D20III | 1465 D 20iii | Perpustakaan FSM Undip (Referensi) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain